Pertama, aku mendaftar ...cukup murah sih cuma 3.000 (tiga ribu rupiah)...trus masuk ke ruang ujian tulis dengan membawa bolpoint dan pensil 2B ...disitu banyak sekali pencari SIM C yang lainnya. Cukup menggelikan karena hampir semua orang tanya ke aku ..."sudah berapa kali tes mas?" ...ya aku jawab baru pertama kali ini ngurus sendiri (SIM yang dulu memang kubuat lewat perantara krn praktis & cukup murah). Aku dengan yakin mengerjakan soal2 yang dibilang relatif sangat mudah di jawab oleh orang tdk berpendidikan sekalipun. ......Eeeee..ee jangan salah, tidak seperti perkiraanku ternyata aku tidak lulus ujian tulis (syarat lulus harus benar 18 dari 30 soal). Ya wajarlah aku berprasangka yang tidak-tidak :
- pensil dipakai menjawab jawaban dg cara disilang pada kotak (saat itu aku menjawab dg rapih & tidak ada coretan sedikitpun ...ya krn mudahnya soal yg disajikan), jadi sangat memungkinkan korektor dg mudah mengganti jawaban dg menghapus
- Tip : jawab dengan tebal pada jawaban yg dipilih - paling tidak mengurangi resiko kecurangan korektor
- kenapa harus pakai pensil kalau yg petugas/manusia yg mengoreksi...kan lebih terang pakai bolpoint.......aku tidak mengerti pemikiran petugas/polisi dng aturan semau gue itu ...yen urusan ini sungguh tidak logis, kecuali bila yg mengoreksi itu komputer.
akhirnya aku masih menunggu lagi ujian tulis tgl 23 September 2008...kita tunggu aja hasilnya! & ada 1 lagi ujian praktik yg tidak kalah rumit . Kenapa aku bilang rumit, coba bayangkan tiang (berbahan plastik ringan diameter 15-20 cm dg tinggi sekitar 50 cm) yang di tata sedimikian rupa dg jarak yg sangat rapat 50 -75 cm dan harus dilalui secara berbelok oleh sepeda motor yg rata2 lebarnya 50-65 cm.....LOGISkah?
Aku yakin pengujinyapun tidak akan pernah bisa berhasil tanpa merobohkan tiang 100% (syarat min 2 tiang jatuh dianggap lolos)
Atas nama ketua